Harga Bitcoin dan Altcoin Ambruk, Apa Penyebabnya?
Bitcoin dan aset kripto lainnya berada di “zona merah” beberapa hari ini, penurunan harga ini juga diikuti anjloknya bursa saham Amerika Wall Street setelah The Fed merilis notula rapat yang memutuskan akan menaikkan suku bunga lebih cepat dari rencana akibat lonjakan inflasi yang terjadi.
Jerome ‘Jay’ Powell ketua The Fed dalam rapat tersebut bersama para koleganya menyebutkan bahwa pasar tenaga kerja sudah sangat ketat dan inflasi terus meningkat, hal ini yang mendasari The Fed harus menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan.
Suku bunga yang lebih tinggi memang dirancang untuk mencegah inflasi melonjak lebih jauh lagi, akan tetapi salah satu dampaknya ke pasar modal adalah kebijakan tersebut akan memberikan imbas kepada aset spekulatif seperti saham dan juga aset kripto karena para investor lebih memilih investasi yang jauh lebih aman daripada aset digital.
Walaupun Bitcoin digadang-gadang akan menggantikan uang fiat dimasa mendatang akan tetapi aset kripto ini tetap saja merupakan tekhnologi yang masih berkembang sehingga sangat sensitif terhadap kebijakan moneter yang diperketat seperti yang di lakukan The Fed sebagai salah satu contohnya.
Flash Crash baru-baru ini terjadi di dunia crypto di tengah masa-masa yang bergejolak di pasar keuangan, dengan melonjaknya inflasi terutama di AS memaksa bank sentral untuk memperketat kebijakan moneter dan berusaha untuk mengurangi likuiditas atau suntikan uang ke pasar yang selama ini mempunyai andil dalam mendongkrak harga berbagai aset investasi.
Bank Investasi raksasa AS, Goldman Sachs mengatakan bahwa Bitcoin kemungkinan akan mengambil alih pangsa pasar dari emas sebagai “penyimpan nilai”, pernyataan tersebut timbul karena aset digital seperti cryptocurrency sekarang ini semakin banyak diadopsi oleh masyarakat dan bahkan Golman Sachs memprediksi harganya bisa mencapai US$ 100.000 dalam lima tahun.